Sabtu, 20 September 2008

Mukjizat Kehidupan

Kesaksian Bapak Samuel Doctorian

Saya sedang melayani di sebuah kota besar yang bernama Assyut, yang terletak di Mesir Utara. Salah satu gerakan Roh Kudus yang paling dahsyat yang pernah saya lihat di sepanjang pelayanan saya terjadi di kota Assyut ini. Roh Tuhan menggoncangkan seluruh kota. Ribuan orang datang untuk mendengarkan Injil. Tentunya Setan merasa sangat marah. Kami memang mengalami beberapa kesulitan yang cukup berarti. Saya sendiri mendapat ancaman akan ditembak dan dibunuh. Saya diperintahkan oleh Gubernur Assyut, yang bukan orang percaya agar saya menghentikan kebaktian tersebut, namun saya tidak mau menuruti perintahnya. Saya lebih senang mendengarkan Gubernur Besar, Sang Penguasa Langit dan Bumi sendiri. Gubernur Assyut tadi benar-benar mengirimkan pengawalnya untuk menembak saya, tetapi Tuhan membebaskan saya dengan cara-Nya yang dahsyat. Ribuan orang menerima Tuhan dan akhirnya kami mampu membeli sebidang tanah dimana kami dapat mengadakan ibadah-ibadah yang besar tadi. Pada hari ini di kota Assyut telah berdiri sebuah gedung ibadah yang besar dan firman Tuhan diberitakan minggu demi minggu. Hanya kepada-Nyalah saya memberi kemuliaan!
Salah satu jiwa berharga yang diselamatkan dalam Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) itu adalah seorang kolonel. Dia menduduki posisi tinggi di dalam pemerintahan Mesir. Dia menjadi kepala penjara di penjara Sohag. Baru-baru ini dia mendapat kenaikan pangkat sebagai kolonel kepala untuk penjara besar di Assyut, penjara terbesar kedua di Mesir. Penjara itu menampung seribu enam ratus tahanan. Kolonel itu datang setiap malam untuk menghadiri KKR Dia adalah orang percaya yang baik. Pada malam-malam tertentu dia akan membawa para tahanan bersama dengan pengawal mereka ke kebaktian itu. Mereka mendengar Injil diberitakan dan setelah itu mereka akan kembali lagi ke penjara.
Pada suatu hari dia mengundang saya datang ke rumahnya untuk bersantai selama beberapa jam. Saya bermain tenis di lapangan tenis penjara dan kemudian makan malam serta bersekutu bersama-sama di rumahnya. Setelah bermain tenis, kami masuk ke kantornya untuk berbicara mengenai para tahanan.
Dia bertanya kepada saya apakah saya mau melihat tiang gantungan tempat mereka menggantung para penjahat dan pembunuh. Saya belum pernah melihat tiang gantungan sebelumnya, dan walaupun tiang itu tidak enak dilihat, saya merasa sangat tertarik untuk melihatnya. "Ya," kata saya, "ijinkan saya melihatnya."
Setelah kami minum kopi, kami pergi melihat tiang gantungan tersebut. Ruangan tempat hukuman gantung itu sangat mengerikan dan apa yang saya lihat di dalamnya sangat menakutkan. Saya melihat tali yang biasa dipakai untuk menggantung orang. Saya melihat tempat lantai gantungan dimana sepotong kayu penopang akan diangkat dan orang yang digantung itu akan tergantung di udara. Sungguh suatu pemandangan yang memilukan walau hanya dengan melihat peralatannya saja.
Saya mengajukan pertanyaan kepada sang kolonel, "Bagaimana anda menghukum mereka? Apa yang anda lakukan sebelum anda menggantung orang?" Lalu dia membawa saya keluar dari ruangan itu dan memperlihatkan kepada saya. Ada suatu sudut tempat dia sebagai kepala penjara akan berdiri. Di hadapannya akan dibawa penjahat yang dituduh. Dia akan menyatakan bahwa kasus pengadilan telah ditutup dan telah ada perintah yang mengatakan bahwa penjahat ini dinyatakan bersalah dan harus dihukum gantung.
Kolonel itu berkata, "Saya yang mengumumkan hukumannya, kemudian kami akan membungkus kepalanya dengan kantong hitam agar matanya tertutup. Kami membawanya ke tiang gantungan, membelitkan tali ke lehernya dan kemudian menggantungnya. "
Saya berdiri di tempat penjahat itu biasa berdiri. Titik dimana si pembunuh, orang yang divonis hukuman gantung itu berdiri. Kemudian saya berkata kepada komandan yang hebat ini.
"Oh, kolonel yang hebat, maukah anda mengumumkan penghukuman atas diri saya?" Dia menyahut, "Tidak, tidak. Anda pasti bergurau." Saya berkata, "Saya hanya ingin mendengarkannya, tolong. Katakanlah. Ulangi kata-kata yang biasa anda ucapkan ketika seseorang mau digantung." Sang kolonel terlihat agak kaget dan kemudian berkata, "Mengapa anda menginginkan hal itu?
"Saya berkata, "Tolong lakukan saja!" Saat saya berdiri di tempat itu, sang komandan mulai menjatuhkan penghakiman atas diri saya. Ketika dia selesai berbicara, saya berkata, "Tidak ada penghukuman yang dijatuhkan kepada orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus! Haleluya!"
Kita semua seharusnya dihukum mati. Tetapi sang Pembebas yang perkasa, Juruselamat yang hebat, sang Penebus yang luar biasa telah tiba. Dia tergantung di kayu salib menggantikan tempat kita. Dia disalibkan bagi kita dan sekarang oleh karena kita adalah orang-orang percaya di dalam Kristus, kita telah dilepaskan dari hukuman. Kita tidak akan binasa, tetapi akan hidup selama-lamanya karena Tuhan Yesus telah mati satu kali dan untuk selama-lamanya. Haleluya!

Pertanyaan selanjutnya yang saya ajukan untuk kolonel itu adalah, "Apakah dalam waktu dekat ini ada orang yang akan dihukum gantung?" Dia menjawab, "Ya, ada tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan. Saya sedang menunggu perintah dari pengadilan di Kairo."
Saya berkata, "Apakah anda menggantung wanita juga?"

Dia berkata, "Tentu saja, walaupun sudah lama kami tidak melakukannya. "
Kemudian saya bertanya, "Apa yang telah dilakukan oleh penjahat-penjahat itu?"
Saya mendengar berbagai cerita kejahatan yang mengerikan.
"Bolehkah saya melihat wanita-wanita itu dalam sel mereka?"

tanya saya. Kemudian dia membawa saya ke bagian penjara khusus untuk wanita.

Saya mendekati salah satu pintu kemudian mereka membuka jendela kecilnya. Saya memperhatikan ke dalam dan melihat wanita yang pertama. Para penjaga mengatakan bahwa wanita itu telah berumur 54 tahun. Dia kelihatan seperti

seorang nenek sihir yang mengerikan. Dia telah membunuh suaminya dengan kapak saat suaminya sedang tidur di padang, hanya karena suaminya menikah lagi dengan wanita lain. Wanita tua ini menjadi sangat marah sehingga dia membunuh suaminya. Setiap saat jika perintah datang, wanita itu akan dihukum gantung."

Saya melihat ke kamar yang lain dan di dalam kamar itu ada seorang wanita yang berumur 23 tahun. Pada saat dia melihat saya melalui jendela kecil itu, dia mulai menangis dan berteriak, "Tolong saya, tolong saya!"
Tiba-tiba saya tidak bisa melihatnya lagi. Rasanya saya ingin menangis.

"Apa yang telah dilakukannya? ", "Dia telah membunuh seorang anak perempuan kecil berusia 12 tahun, kemudian mencuri anting-anting anak perempuan itu untuk membeli opium (hasyish) bagi suaminya.", "Kalau begitu dia sudah menikah!". "Oh, ya! Dan dia sudah mempunyai 3 orang anak." Kisah itu adalah kisah yang sangat menyedihkan. Saya tidak bisa mendengarkannya lebih lanjut lagi.

Ketika saya kembali ke rumah kolonel saya tidak dapat memikirkan hal lain. Semua yang saya lihat di hadapan saya adalah wajah ibu muda berusia 23 tahun yang sedang menangis, "Tolong saya, tolong saya!" Apa yang dapat saya lakukan?

Para penjaga penjara mengantar saya kembali ke rumah dimana saya tingal di

kota Assyut. Saya sudah bersiap-siap untuk tidur sore agar saya siap mengadakan kebaktian nanti malam. Saya berlutut untuk berdoa, tetapi saya masih tetap melihat wajah wanita muda tadi dan saya mendengar teriakannya, "Tolong saya, tolong saya!" Kemudian saya mulai berdoa, "Tuhan, adakah yang dapat saya lakukan?" Hanya itu saja yang bisa saya katakan dan tiba-tiba kamar saya dipenuhi dengan hadirat Tuhan. Dengan mata saya sendiri, saya dapat melihat dengan jelas seorang malaikat Tuhan berdiri di hadapan saya.

Malaikat di depan saya tak berbicara sepatah katapun. Dia membawa sebuah gulungan kertas di tangannya. Dia membuka gulungan itu dan saya bisa membaca dengan jelas pesan Tuhan yang tertera di gulungan itu: "Ibu muda itu bukan pembunuhnya. Dia tidak membunuh anak perempuan itu. Suaminyalah yang membunuh anak itu. Tetapi dia mengancam isterinya dan memberi tahu supaya isterinya yang mengaku membunuh anak itu. Suaminya berkata bahwa pemerintah tidak akan menghukum wanita seberat menghukum laki-laki. Jadi, setelah dipenjara selama beberapa tahun dia akan dibebaskan dari penjara. Tetapi jika dia tidak mau mengaku, suaminya mengancam akan membunuh dia dan ketiga anaknya. Di dalam ketakutannya, itu muda itu terpaksa berbohong dan mengaku bahwa dialah pembunuhnya."

Ketika saya membaca pesan itu, saya merasa terguncang hingga ke jiwa saya yang paling dalam. Saya segera menuju ke telpon untuk menghubungi sang kolonel. "Kolonel, cepat datang ke sini, saya harus berbicara dengan anda."

"Ada apa?"

"Saya tidak dapat membicarakannya lewat telpon karena hal ini adalah hal yang sangat penting sekali."

Walaupun dia adalah seorang komandan yang membawahi beberapa perwira dan mempunyai kuasa yang besar, tetapi kolonel yang terkasih ini adalah anak rohani saya. Dia sangat mengasihi dan menghormati saya. Dia berkata, "Saya akan segera datang."

Dia tiba bersama dengan para pengawal dan tentaranya dan langsung ke kamar saya.

"Kolonel, silakan duduk dulu. Biarkan saya memberi tahu anda apa yang telah terjadi." Saya memberitahukan kepadanya bagaimana malaikat Tuhan telah datang, dimana malaikat itu berdiri dan pesan apa yang telah disampaikannya kepada saya.

Kolonel itu merasa kaget, terguncang dan bingung.

"Maksud anda, benar-benar malaikat? Malaikat sorgawi telah datang ke tempat ini?"

"Ya, dia berdiri di situ, dan yang lebih penting lagi dari pada itu adalah pesan yang disampaikan malaikat itu kepada saya."

"Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan karena hal itu berada di luar jangakauan saya. Kasus pengadilannya telah ditutup dan pengakuan telah didengar. Setiap saat bila ada perintah yang datang dari pengadilan di Kairo, saya harus menggantung wanita itu."

"Sebaiknya anda tidak melakukannya, kolonel! Bukan dia pembunuhnya! Suaminyalah yang membunuh. Malaikat yang memberitahukannya kepada saya."

"Apa yang anda ingin saya lakukan?"

"Kembalilah ke penjara sekarang. Wanita itu akan mengakui kejadian yang sebenarnya di hadapan anda, dan ketika wanita itu memberitahukannya kepada anda, kata demi kata seperti apa yang telah disampaikan oleh malaikat tadi, peneguhan seperti apa lagi yang anda inginkan?"

"Selama hidup saya, saya belum pernah mengalami hal seperti ini. Saya akan segera pergi!"

Saat kolonel itu sampai di penjara dan memasuki gerbangnya, sebelum dia memasuki kamar kerjanya, para perwiranya memberi tahu bahwa salah seorang tahanan wanita itu ingin berbicara dengan dia.

"Siapa?"

"Wanita yang lebih muda."

"Bawa dia kemari!"

Dengan diam-diam dia mempersiapkan sebuah alat rekaman di kamar kerjanya. Wanita itu dibawa menghadap kepadanya. Ibu muda yang berumur 23 tahun itu terlihat gemetar ketakutan dan sedikit malu-malu. Selagi dia berjalan masuk ke dalam, dia bertanya apakah dia diperbolehkan untuk berbicara berdua saja dengan kolonel. Kolonel itu menyetujuinya dan para penjaga meninggalkan mereka dengan alat rekaman yang dihidupkan.
Dengan diiringi air mata ibu muda itu mengakui semuanya, kata demi kata, tepat seperti apa yang telah disampaikan malaikat Tuhan kepada saya. Rekaman pembicaraan itu dikirim sampai ke Kairo dimana para hakim di sana mendengarkan seluruh isi ceritanya. Akhirnya pembunuh yang sesungguhnya ditangkap, diadili, dan dinyatakan bersalah, kemudian dia digantung. Ibu muda tadi bersama dengan ketiga anaknya dipindahkan ke tempat lain secara rahasia sehingga kerabat suaminya tidak tahu dimana mereka berada. Puji syukur kepada Tuhan, sampai dengan saat ini mereka semua masih hidup dan tidak kurang sesuatu apapun. Keseluruhan cerita ini diberitakan dalam semua surat kabar resmi di Mesir. Tuhan kita adalah Tuhan yang hebat! Terpujilah namanya. (Tamat)
Kesaksian ini diambil dari buku "...Dan Kemudian Aku Melihat-Nya" oleh Samuel Doctorian, terbitan Adonai, 2000.
Posted by Hadi Kristadi for http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Tidak ada komentar: