Jumat, 04 September 2009

50 tahun terikat "Voodo"

(Kesaksian dokter Rebecca Brown)

Seorang tua berusia 80 tahun dimasukkan ke dalam ruang gawat darurat karena serangan jantung yang hebat ketika aku menjadi dokter jaga di unit itu. Setelah memeriksanya, aku tahu bahwa dia tidak mungkin akan hidup lama. Dia bertanya kepadaku bagaimana keadaannya, dan aku katakan kepadanya bahwa dia amat tidak sehat dan menderita serangan jantung yang sangat berat. Dia memalingkan wajahnya dan mulai menangis. Percakapan kami berlangsung seperti ini:

“Oh dokter, jangan katakan kepadaku seperti itu, aku tidak dapat menerimanya!”

“Tuan, apa yang menjadi masalahnya, apakah engkau takut mati?”

”Ya.”

“Apakah engkau tahu apa yang akan terjadi denganmu setelah engkau meninggal dunia?”

“Ya, aku akan langsung menuju neraka!”

(Aku begitu terkejut, karena jarang ada orang yang berkata jujur seperti itu)

“Tuan, biarkan aku mengatakan kepadamu bagaimana caranya agar engkau dapat menghindari masuk neraka.”

“TIDAK, TIDAK! Aku telah mendengar hal itu sebelumnya, dan hasilnya tidak baik. Jangan ganggu aku.”

“Mau atau tidak, ENGKAU akan mendengar tentang YESUS satu kali lagi.”

(Kemudian aku mulai memberitakan injil, kurang lebih dalam empat kalimat. Pembicaraan singkat merupakan keharusan dalam situasi seperti itu)

“Aku tahu semua itu. Aku tahu bahwa hal itu benar, namun aku tidak bisa menerimanya.”

“Tuan, tirukan saja 3 kata yang kukatakan: Yesus selamatkanlah saya.”

“Aku tidak dapat, aku tidak bisa. Pergi!”

“Tuan, aku tahu engkau sedang dihalang-halangi. Engkau benar bahwa engkau tidak bisa mengucapkan kata-kata itu. Katakan kepadaku, siapa yang menghalang-halangimu?”

(Pada saat seperti ini dia menoleh dan menatap lurus kepadaku dan berkata:)

“Iblis dan setan-setan.”

“Aku memiliki kabar baik untukmu. Yesus datang untuk membebaskan orang yang tertawan, dan engkau adalah orang yang terbelenggu. Namun aku adalah anak Raja dan aku telah menerima otoritas-Nya untuk mengalahkan iblis dan setan-setannya.”

Kemudian aku menengking iblis dan setan-setan itu di dalam Nama YESUS dan mengikat mereka. Aku tidak akan pernah melupakan sukacita yang mengalir di wajah laki-laki tua itu. Dia meraih tanganku dan air mata membanjiri wajahnya pada saat dia berdoa kepada Yesus, memohon agar Yesus menjadi Tuhan dan Juruselamatnya.

Aku dapat melihat kedamaian menyelimuti dirinya. Dia menengadah dan berkata:

“Gadis muda, aku telah lama sekali rindu untuk datang dan percaya kepada Yesus selama 50 tahun, namun aku tidak dapat.”

Pada saat aku berkata kepadanya beberapa saat lamanya, dia menceritakan kepadaku bahwa pada usia 30 tahun dia bekerja sebagai seorang pelaut. Kapalnya berlabuh di Filipina sejenak dan selama berlabuh, dia terlibat pertengkaran dengan beberapa penduduk local. Mereka kemudian mengguna-gunainya dengan Voodo. Akibatnya, ketika dia mencari Yesus selama 50 tahun, dia mengalami kesulitan karena telah diikat oleh kuasa gelap, dan tidak bisa menerima Yesus karena tidak ada seorangpun yang telah berbicara dengannya yang tahu menggunakan kuasa dan otoritas luar biasa dari Yesus atau mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Keesokan harinya ketika aku masuk untuk menengoknya, keadaan fisiknya makin memburuk namun dia tetap berseri-seri. Kalimat terakhirnya kepadaku adalah:
“Gadis muda, aku telah mendapatkan KEDAMAIAN yang sempurna.”
Kemudian dia jatuh koma dan meninggal dunia beberapa saat setelah itu.

Martir - Penderitaan dan Kematian Rasul-Rasul Kristus

1. Matius meninggal dunia, karena disiksa dan dibunuh dengan pedang di Ethiopia.

2. Markus meninggal dunia di Alexandria (Mesir), setelah badannya di seret hidup-hidup dengan kuda melalui jalan-jalan yang penuh batu sampai ia menemukan ajalnya.

3. Lukas meninggal dunia di gantung di Yunani, setelah ia berkhotbah di sana kepada orang-orang yg belum mengenal Tuhan.

4. Yohanes di goreng dalam bak minyak mendidih di Roma, tetapi karena Tuhan masih ingin memakai Yohanes lebih lanjut, maka keajaiban terjadi sehingga walaupun ia telah di goreng hidup-hidup, ia bisa hidup terus. Tetapi akhirnya ia dibuang dah diasingkan ke pulau Patmos untuk kerja paksa di tambang batubara. Pada saat ia berada di sana, ia mendapatkan wahyu sehingga ia bisa menulis kitab WAHYU. Kemudian ia dibebaskan dan akhirnya kembali menjadi uskup di Edessa (Turki). Ia adalah satu-satunya Rasul yg bisa mencapai lanjut usia dan meninggal dengan tenang.

5. Petrus telah di salib dengan kepala di bawah. Kayu salib untuk Petrus dipasang berbeda, ialah seperti huruf X. Ia merasa tidak layak untuk mati dan disalib seperti Tuhan Yesus.

6. Yakobus saudara tiri dari Tuhan Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem, dilempar kebawah dari puncak bubungan Bait Allah, di tempat yg sama di mana setan membawa Yesus untuk digoda. Ia meninggal dunia setelah dilempar dari tempat tersebut.

7. Yakobus anak Zebedeus adalah nelayan dan murid pertama Yesus yg dipanggil, ia dipenggal kepalanya di Yerussalem. Pada saat-saat disiksapun, ia tidak pernah menyangkal TuhanYesus, bahkan ia berusaha berkhotbah trus, bukan hanya kepada tawanan lainnya saja, bahkan kepada orang yg menghukum dan meyiksa dia dengan kejamnya. Sehingga akhirnya orang Romawi itu mendampingi Yakobus pada saat ia di hukum penggal, bukan sekedar hanya untuk menyaksikan, melainkan juga untuk turut dihukum dan dipenggal bersama dengan Yakobus. Pada saat ia mau menjalani hukuman mati, ia berlutut bersama di samping Yakobus, sambil berdoa, itu adalah doa nya yg terakhir, sebelum ia mati dipenggal bersama Yakobus sebagai orang Kristen.

8. Bartolomeus yang lebih di kenal sebagai Natanael ia menjadi misionaris di Asia, antara lain ia memberikan kesaksian di Turki. Ia meninggal dunia di Armenia setelah ia mendapat hukuman cambuk sehingga semua kulitnya menjadi hancur dan terlepas.

9. Andreas juga di salib seperti Petrus dengan cara X di Yunani. Sebelum meninggal, ia di siksa dengan hukum cambuk oleh tujuh tentara dan diikat di salib. Dengan cara demikian mereka bisa memperpanjang masa sakit dan masa siksaannya. Seorang pengikut Andreas yg turut menyaksikan hukuman Andreas menceritakan perkataan yg telah di ucapkan oleh Andreas sebelum meninggal dunia : "Ternyata keinginan dan cita-cita saya bisa terkabul, dimana saya bisa turut merasakan saat-saat disiksa dan disalib seperti Yesus".
Bahkan pada saat ia disiksapun tiada henti-hentinya ia berkhotbah terus, dua hari sebelum ajalnya tiba. Berkhotbah sambil dihukum cambuk.

10. Thomas dilempar ke dalam perapian, tetapi karena masih tetap hidup, dia dihujani dengan tombak hingga mati. Dia mati di India.

11. Yudas saudaranya dari Tuhan Yesus dihukum mati dengan panah, karena ia tidak bersedia untuk mengingkari Yesus.

12. Matias, Rasul pengganti Yudas Iskariot mati dihukum rajam dan akhirnya dipenggal kepalanya.

13. Paulus disiksa degan sangat kejam dan akhirnya dipenggal kepalanya oleh Kaisar Nero di Roma pada tahun 67. Rasul Paulus adalah yg paling lama mengalami masa siksaaan di penjara. Kebanyakan suratnya dibuat dan dikirim dari penjara.

Tuhan Yesus Telah Bangkitkan Saya Dari Kematian

(Kesaksian Dominggus K )

"Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya." Yohanes 5:21

Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, dalam kesempatan ini saya akan bersaksi tentang peristiwa kematian dan kehidupan yang saya alami pada tanggal 15 Desember 1999. Peristiwa ini juga merupakan suatu tragedi bagi yayasan Doulos, Jakarta dimana STT Doulos ada di dalamnya dan saya adalah mahasiswa yang tinggal di asrama. Sebelum penyerangan dan pembakaran Yayasan Doulos tanggal 15 Desember itu, beberapa kali saya mendapat mimpi-mimpi sebagai berikut:

Minggu, 12 Desember 1999, saya bertemu dengan Tuhan Yesus dan malaikat, saya terkejut dan bangun lalu berdoa selesai saya tidur kembali.

1. Senin, 13 Desember 1999, saya bermimpi lagi, dengan mimpi yang sama.

2. Selasa, 14 Desember 1999, dalam mimpi saya bertemu dengan seorang pendeta pada suatu ibadah KKR, isi khotbah yang disampaikan mengenai akhir zaman, adanya penganiayaan dan pembantaian.

3. Rabu, 15 Desember 1999, kurang lebih pukul 08.00 pagi, saya mendapatkan huruf "M" dengan darah di bawah kulit pada telapak tangan kanan saya. Dalam kebingungan dan sambil bertanya-tanya dalam hati, apakah saya akan mati? Saya bertanya kepada teman-teman dan pendapat mereka adalah bahwa kita akan memasuki millennium yang baru. Walaupun pendapat mereka demikian saya tetap merasa tidak tenang serta gelisah karena dalam pikiran saya huruf "M" adalah mati, bahwa saya akan mengalami kematian. Saya hanya bisa berdoa dan membuka Alkitab. Sekitar pukul 15.00 saya membaca firman Tuhan dari Kitab Yeremia 33:3 "Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab Engkau." Dan pada pukul 18.00, tanda huruf "M" di telapak tangan saya sudah hilang.


#Kampus dan Asrama Mahasiswa Doulos Diserang#

Pada malam hari tanggal 15 Desember 1999. kegiatan berlangsung biasa di dalam asrama kampus STT Doulos. Sebagian mahasiswa ada sedang belajar, yang lain memasak di dapur dan ada pula yang sedang berdiam. Saya sendiri sedang berbaring di kamar. Kurang lebih jam 21.00 malam itu, saya dibangunkan oleh seorang teman sambil berteriak: "Domi, bangun, kita diserang!" Saya langsung bangun dalam keadaan panic, saya langsung berlari ke halaman kampus dan melihat sebagian kampus kami yang telah terbakar. Saat itu saya berkata kepada Tuhan: "Tuhan, saya mau lari kemana? Tuhan, kalau saya lari lewat pintu gerbang depan pasti saya dibacok."

Sementara pikiran saya bertambah kalut ketika teringat akan tanda huruf "M" yang diberikan pada tangan saya. "Tuhan, apakah saya akan mati?" Saya menoleh ke belakang, ada beberapa teman sekamar yang lari menyelamatkan diri masing-masing.

Di belakang kampus kami dikelilingi pagar kawat duri setinggi 2 meter, saya tidak bisa melompat keluar dengan cara mengangkat kawat itu. Dengan tangan sedikit terluka akhirnya saya pun dapat keluar.

Kami sudah berada di luar pagar dengan keadaan takut dan gemetar karena di sana terdapat massa atau orang banyak yang tidak dikenal, mereka membawa golok, pentungan, batu dan botol berisi bensin atau Molotov. Kemudian kami berpisah dengan teman-teman, saya tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka.

Saya lari menuju kos kakak tingkat semester 10, yang letaknya tidak jauh dari kampus. Sementara saya berlari, saya tetap berdoa kepada Tuhan: "Tuhan berkati saya, ampuni dosa dan kesalahan saya." Setiba di rumah kos itu, saya mengetuk pintu sebanyak 2 kali tetapi tidak ada yang membukakan pintu.

Ternyata di belakang saya ada 4 teman mahasiswi yang juga lari mengikuti dari belakang. Mereka memanggil saya: "Domi, ikut ke rumah kami" tetapi saya berkata kepada mereka, "biar saya bersembunyi di sini." Masih berada di depan rumah kos tersebut, saya berdoa lagi "Oh.. Tuhan, apakah malam ini saya akan mati? Ampuni dosa dan kesalahan saya."


#Ditangkap oleh Massa#

Saya mengetuk pintu lagi, tetapi tidak ada orang yang menjawab, saya berdoa kembali: "Tuhan.. ini hari terakhir untuk saya hidup." Terdengar suara massa yang semakin mendekat kepada saya. Mereka berkata: "Itu mahasiswa Doulos, tangkap dia!" Ada juga yang berteriak: "Bantai dia, tembak!"

Seketika itu saya ditangkap dan saya hanya bisa berserah kepada Tuhan sambil berkata: "Tuhan saya sudah di tangan mereka, saya tidak bisa lari lagi."

Kemudian tangan saya diikat ke belakang dan mata saya ditutup dengan kain putih. Saya tetap berdoa dalam keadaan takut dan gemetar: "Tuhan ampuni dosa saya, pada saat ini Engkau pasti di samping saya." Tiba-tiba ada suara terdengar oleh saya entah dari mana, yang berkata: "Jangan takut, Aku menyertai engkau, Akulah Tuhan Allahmu." Setelah mendengar suara itu, rasa ketakutan dan kegentaran hilang, karena saya sudah pasrahkan kepada Tuhan.


#Penganiayaan dan Kematian#

Mereka membawa saya ke tempat yang gelap, saya dipukuli dan ditendang. Saya dihadapkan dengan massa uang jumlah orangnya lebih banyak, saat itu mereka ragu, apakah saya mahasiswa Doulos atau warga sekitarnya. Sebagian massa ada yang terus mendesak untuk memotong dan membunuh saya.

Saya berdoa lagi: "Tuhan, fisik saya kecil, kalau saya mati, saya yakin masuk sorga. Saat ini saya serahkan nyawa saya ke dalam tangan kasih-Mu, ampunilah mereka." Saat itu kepala saya dipukul dari belakang dan terjatuh di atas batu, saya tidak sadar akan apa yang terjadi lagi.


#Roh Saya Keluar Dari Tubuh#

Kemudian ... roh saya terangkat keluar dari tubuh saya, roh saya berbentuk seperti orang yang sedang start lari atau sedang jongkok, lalu lurus seperti orang yang berenang kemudian berdiri. Roh saya melihat badan saya dan berkata: "Kok badan saya tinggal" (sebanyak dua kali). Roh saya berdiri tidak menyentuh tanah dan tidak tahu mau berjalan kemana, karena di sekeliling saya gelap gulita, kurang lebih lima detik, roh saya berkata:

"Mau ke mana?"


#Lima Malaikat Datang Menjemput Saya#

Saat itu ada lima malaikat datang kepada saya, dua berada di sebelah kiri, dua di sebelah kanan dan satu malaikat berada di depan saya. Tempat yang tadinya gelap gulita telah berubah menjadi terang dan saya sudah tidak dapat melihat badan saya lagi. Roh saya dibawa oleh malaikat-malaikat tersebut menuju jalan yang lurus, dan pada ujung jalan itu sempit seperti lubang jarum. Roh saya berkata: "Badan saya tidak dapat masuk." Tetapi malaikat yang di depan saya bisa masuk, lalu roh saya berkata lagi: "Badan rohani saya kecil pasti bisa masuk." Kemudian roh saya masuk melalui lubang jarum tersebut.

"Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham." Lukas 16:22


#Berada di Dalam Firdaus#

Saat itu saya sudah berada di dalam sebuah halaman yang luas. Halaman itu sangat luas, indah dan tidak ada apa-apa. Roh saya berkata: "Kalau ada halaman pasti ada rumahnya." Tiba-tiba saat itu ada rumah, saya dibawa masuk ke dalam rumah tersebut dan bertemu dengan banyak orang di kamar pertama. Roh saya berkata: "Ini orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, mereka ditempatkan di sini." Mereka sedang bernyanyi, bertepuk tangan, ada yang berdiri, ada yang duduk dan ada yang meniup sangkakala.

"Di rumah Bapaku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu." Yohanes 14:2

#Dibawa ke Ruangan Selanjutnya#

Saya dibawa oleh malaikat-malaikat ke kamar selanjutnya atau kedua, sama dengan kamar yang pertama, hanya disini roh saya melihat orang-orang dengan wajah yang sama dan postur tubuh yang sama. Kemudian saya dibawa lagi ke kamar yang ketiga, yang sama dengan kamar yang pertama. Dan roh saya berkata: "Ini orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, ditempatkan di sini." Lalu roh saya dibawa ke kamar yang keempat yaitu kamar yang terakhir, pada saat ini saya hanya sendiri, tidak disertai oleh malaikat-malaikat tadi. Kamar itu kosong, lalu roh saya berkata: "Ini penghakiman terakhir, saya masuk sorga atau neraka."

"Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Elohim sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Elohim? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?" 1 Petrus 4:17-18


#Bertemu dengan Tuhan Yesus#

Kemudian roh saya berjalan tiga sampai empat langkah, di depan saya ada sinar atau cahaya yang sangat terang seperti matahari, maka roh saya tidak dapat menatap. Saya menutup mata dan terdengar suara: "Berlutut!" Seketika itu roh saya berlutut, terlihat sebuah kitab terbuka dan dari dalamnya keluar tulisan yang masuk ke mata saya yang masih tertutup, tulisan timbul dan hilang terus menerus, roh saya berkata: "Tuhan...! ini perbuatan saya minggu lalu, bulan lalu, tahun lalu. Saya melakukan yang jahat dan saya tidak pernah mengaku dosa pribadi, sehingga Engkau mencatatnya di sini."

"Tuhan...! Saya ingin seperti saudara-saudara di kamar pertama, yang selalu memuji dan memuliakan Engkau. Tuhan...! Saya tahu Engkau mati di atas kayu salib untuk menebus dosa saya, saya rindu seperti saudara-saudara yang berada di kamar pertama, kedua dan ketiga yang selalu memuji-muji Engkau."

Sesudah itu tulisan yang keluar dari kitab itu hilang, buku manjadi bersih tanpa tulisan, kemudian buku itu hilang dan sinar yang terang itupun hilang dan ada suara berkata: "Pulang! Belum saatnya untuk melayani Aku."

Saya melihat-lihat dari mana arah suara itu datang, saya melihat ada seorang di samping kanan. Orang tersebut badan-Nya seperti manusia, rambut hingga ke lehernya bersinar terang. Jubah-Nya putih hingga menutupi kedua tangan-Nya dan bawah jubah-Nya menutupi kaki-Nya. Ia menunggangi seekor kuda putih dengan tali les yang putih. Lalu roh saya berkata: "Ini Tuhan Yesus, Dia seperti saya, Dia Elohim yang hidup."

"Lalu aku melihat sorga terbuka; sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar" Ia menghakimi dan berperang dengan adil." Wahyu 19:11

Kemud ian Tuhan Yesus tidak nampak lagi dan seketika itu roh saya dibawa pulang ke dalam tubuh saya. Saat itu juga ada nafas, ada pikiran dan saya berpikir, tadi saya bersama dengan Tuhan Yesus. Setelah itu saya mencoba beberapa kali untuk bangun dan mengangkat kepala, tetapi tidak bisa, terasa sakit sekali, saya baru sadar bahwa leher saya telah dipotong dan hampir putus, kemudian saya dibuang ke semak-semak dengan ditutupi daun pisang. Saya merasa haus, lalu menggerakkan tangan mengambil darah tiga tetes dan menjilatnya, lalu badan saya mulai bergerak.

Saya berdoa: "Tuhan, lewat peristiwa ini saya telah bertemu dengan Engkau, dan Engkau memberikan nafas dan kekuatan yang baru sehingga aku hidup kembali, tapi Tuhan, Engkau gerakkan orang supaya ada yang membawa saya ke rumah sakit."

Tuhan menjawab doa saya, malam itu ada orang yang mendekati saya dengan memakai lampu senter, lalu bertanya: "Kamu dari mana?" Saya tidak bisa menjawab, karena saya tidak dapat berbicara lewat mulut, tidak ada suara yang keluar, hanya hembusan nafas yang melalui luka-luka menganga pada leher. Kemudian orang tersebut memanggil polisi.

Puji Tuhan! Dikira sudah meninggal tetapi masih hidup. Mereka mengira saya sudah meninggal, mereka mengangkat dan membawa saya ke jalan raya. Kemudian polisi mencari identitas atau KTP saya, ternyata tidak ditemukan. Tanpa identitas, mereka bermaksud membawa saya ke sebuah rumah sakit lain, tetapi saya ingat kembali akan suara Tuhan dan takhta-Nya di sorga, ternyata ada kekuatan baru dari Tuhan Yesus yang memampukan saya dapat berbicara.

Tiba-tiba saya berkata: "Nama saya Dominggus, umur saya 20 tahun, semester III, tinggal di asrama Doulos, saya berasal dari Timor."

Orang-orang yang sedang melihat dan mendengar saya, berkata: "Wah, dia dipotong dari jam berapa? Sekarang sudah jam 02.30 pagi, tapi dia masih hidup."

#Perjalanan ke Rumah Sakit UKI#

Kemudian mereka memasukkan saya ke dalam mobil dan meletakkan saya di bawah. Saya tetap mengingat peristiwa ketika Tuhan Yesus dianiaya. Sementara mobil meluncur dengan kecepatan tinggi, saat melewati jalan berlubang atau tidak rata mobilpun berguncang dan saya merasa sangat sakit sekali pada luka di leher. Saya katakan kepada Tuhan: "Tuhan, apakah saya dapat bertahan di dalam mobil ini? Tuhan ketika Engkau di atas kayu salib, Engkau meminum cuka dan empedu, tetapi saya menjilat darah saya sendiri karena tidak ada orang yang menjagai saya."

Saya membuka mata, ternyata memang tidak ada seorangpun yang menjagai saya, hanya seorang supir. Tetapi saya melihat beberapa malaikat berjubah puith menjaga dan mengelilingi saya. Saya katakan: "Tuhan ini malaikat-malaikat pelindung saya, mereka setia menjagai." Saya harus berdoa agar tetap kuat.

#Perawatan di Rumah Sakit#

Setiba di rumah sakit, suara saya dapat normal kembali. Saya dapat berbicara dan bertanya kepada perawat: "Bapak saya mana?" perawat RS bertanya kepada saya: "Bapakmu siapa?" Saya jawab: "Bapak Ruyandi Hutasoit." Ketika Bpk. Ruyandi menemui saya, ia berkata: "Dominggus.. leher kamu putus!" Jawab saya: "Bapak doakan saya, sebab saya tidak akan mati, saya telah bertemu dengan Tuhan Yesus." Lalu Bpk. Ruyandi mendoakan dan menumpangkan tangan atas saya.

Setelah itu saya mendapat perawatan, seorang dokter ahli saraf hanya menjahit kulit leher saya, karena luka bacokan sudah menembus sampai ke tulang belakang leher, sehingga cairan otak mengalir keluar, saluran nafas dan banyak saraf yang putus. Kemudian saya dirawat tiga hari di ruangan ICU dan selama perawatan saya tidak diberikan transfusi darah pendapat dokter pada saat itu adalah bahwa saya akan mati dan saya tidak diharapkan hidup, mengingat cairan otak yang telah keluar dan infeksi yang terjadi pada otak, yang semua itu akan menimbulkan cacat seumur hidup.


#Mukjizat Kesembuhan Terjadi#

Tanggal 19 Desember 1999 dengan panas badan 40°C dan seluruh wajah yang bengkak karena infeksi, saya dipindahkan keluar dari ruang ICU, dikarenakan ada pasien lain yang sangat memerlukan dan masih mempunyai harapan hidup yang lebih besar daripada saya.

Pada malam hari, roh saya kembali keluar untuk kedua kali dari tubuh saya, roh saya melihat suasana kamar dimana saya dirawat dan kemudian roh saya berjalan sejauh kurang lebih dua atau tiga kilometer dalam suasana terang di sekeliling saya. Tiba-tiba ada suara terdengar oleh saya: "Pulang..pulang...!"

Seketika itu juga, roh saya kembali ke dalam tubuh saya, suhu tubuh menjadi normal dan tidak ada lagi infeksi. Kemudian terdengar bunyi seperti orang menekukkan jari-jari pada leher saya, lalu otot, tulang, saluran nafas dan saraf-saraf tersambung dalam sekejab mata, saya merasa tidak sakit dan dapat menggerakkan leher. Sesudah itu saya diberi minum dan makan bubur.


Saya sudah hidup kembali, dengan kesehatan yang sangat baik. Puji Tuhan!

Keluar dari Rumah Sakit dalam Keadaan Sembuh Total


Saya berada di rumah sakit sejak tanggal 16 Desember 1999 dini hari dan keluar dari rumah sakit pada tanggal 29 Desember 1999, dengan berat badan normal dibanding dua minggu yang lalu karena banyak darah dan cairan yang telah keluar. Saya telah sembuh sempurna, tanpa cacat, tanpa perawatan jalan, saya hidup kembali dengan normal.

"Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau sungguh Eloim yang hidup dan ajaib, terpujilah nama-Mu kekal sampai selamanya, amin!" ( Oleh Dominggus, mahasiswa STT Doulos - 15 Desember 1999)

Rabu, 22 Juli 2009

Menara Api di Tengah Kegelapan Dunia

Mahatma Gandhi pernah berkata bahwa jika setiap orang Kristen hidup sesuai dengan ajaran Kristus, maka tidak akan ada orang yang tidak mengikut Yesus di India. Pernyataan ini merupakan satu tantangan bagi setiap pengikut Yesus apakah di India ataupun di belahan dunia yang lain. Bagi kita yang mengetahui apa yang terjadi di dalam gereja, di antara orang-orang Kristen, seringkali kita hanya dapat menangis saat melihat kualitas kehidupan orang-orang yang memanggil diri mereka Kristen tetapi tidak ditemukan ciri-ciri Kristus di dalam diri mereka. Tetapi syukurlah, walaupun jarang tetapi terkadang masih dapat kita menemukan bintang-bintang cerah yang bagaikan menara api di tengah-tengah kegelapan lautan dunia ini.
Pada tanggal 23 Januari 1999, seluruh dunia, bukan saja umat Kristen dikagetkan apabila koran-koran utama memberitakan tentang seorang misionari, Graham Staines bersama kedua putranya, mati apabila mobil mereka hangus dibakar massal. Peristiwa ini terjadi di Orissa, India tempat di mana Graham sudah melayani selama 35 tahun di Rumah Sakit Kusta Mayurbhanj. Pada malam itu mereka baru saja selesai mengadakan kebaktian bersama umat Kristen di sebuah desa dan saat mereka sedang tidur nyenyak di dalam mobil, massal yang tidak menyukai kegiatan mereka mengepung dan membakar mereka hidup-hidup.
Peristiwa ini sudah tentu sangat mengguncang India. Tetapi hal yang terjadi setelah itulah yang benar-benar membuat masyarakat umum mulai bertanya siapa mereka ini dan apa yang memotivasi keluarga Staines meninggalkan kenyamanan kehidupan di Australia dan mengabdikan diri mereka untuk membantu orang sakit kusta di tempat terpencil di utara India itu. Saat berdiri di hadapan tiga peti mati berisi mayat suami dan kedua putranya yang tercinta, istri Graham, Glades dengan tenang dan penuh kasih mengumumkan pengampunan kepada orang-orang yang sudah membunuh keluarganya. Di hadapan kru televisi dan kerumunan orang banyak yang menghadiri pemakaman itu, Glades bersama putrinya, Esther, menyanyikan lagu “Because He Lives” [Karena Dia Hidup].
Kristus diproklamirkan dari halaman utama koran-koran di India. Tidak lama setelah peristiwa ini seorang pekerja sedang membagi traktat tentang Kristus di sebuah kota di India, dan orang yang menerima traktat itu bertanya, “Apakah ini Yesus yang dipercayai oleh Glades Staines itu? Jika ya, saya juga mau mengenal-Nya.”
Hanya apabila Yesus itu nyata bagi kita barulah dapat kita menyatakan-Nya kepada orang lain. Glades mempunyai hubungan yang nyata dan hidup dengan Tuhan yang dilayaninya. Inilah yang dikisahkan oleh Glades saat ia ditanya bagaimana ia dapat dengan tenang melewati pencobaan yang berat itu, “Saya percaya Tuhan secara khusus berbicara kepada saya pada tanggal 14 Januari, [6 hari sebelum pembunuhan sadis keluarganya] , saat saya sedang melakukan renungan pagi. Saya menggunakan buku renungan harian. Kisah pada hari itu adalah: Seorang anak perempuan berusia 12 tahun di rumah sakit yang sedang kehilangan penglihatannya. Pendetanya mengunjungi dia dan gadis itu memberitahu pendetanya, “Pak Pendeta, Tuhan sedang mengambil penglihatan saya.” Buat waktu yang lama, pendeta itu tidak berkata apa-apa, kemudian ia menjawab, “Jessie, jangan mengijinkan- Nya.” Jessie bingung dan pendeta yang bijaksana itu berkata, “Berikan kepada-Nya.”
Saat merenungkan kisah ini, suara hati saya bertanya apakah saya juga rela untuk memberikan semua yang saya kasihi - suami saya, anak-anak dan segala harta milik saya kepada-Nya. Saya meluangkan waktu yang lama merenungkan hal ini. Dengan air mata berlinangan di pipi, saya berkata kepada Tuhan, “Yesus, ya saya sanggup. Ambil semua yang ku-miliki bagi Engkau - suamiku, anak-anak dan semua yang ku-miliki. Aku menyerahkan semuanya kepada Engkau…”
Tanpa hubungan yang hidup dan akar yang mendalam di dalam Kristus, tidaklah mungkin bagi Glades untuk bertahan melewati peristiwa yang begitu menyedihkan itu. Siapakah kita sebenarnya, apakah kita berakar atau tidak terlihat bukan saat segalanya mulus, saat kita tersenyum manis ketika bertemu dengan teman-teman sekali seminggu di gereja. Seperti buah jeruk, apakah manis atau asam hanya diketahui saat jeruk itu diperas. Begitu jugalah dengan kita, siapa kita sebenarnya, apakah kita menebarkan bau harum kehidupan atau bau busuk kematian, hanyalah terlihat saat penindasan dan penganiayaan datang.
Setelah tragedi yang terjadi ke atas keluarganya, banyak orang yang menduga Glades dan putrinya akan meninggalkan India dan kembali ke Australia. Namun hal itu tidak terjadi. Sampai ke saat ini Glades masih dengan tekun dan penuh kasih melanjutkan pekerjaan yang sudah dimulai oleh suaminya. Satu menara api yang masih dengan terang menerangi dunia yang gelap ini. (Dipublikasi pada 28 September 2008)
Sumber: yfc_indonesia@yahoogroups.com

Senin, 23 Maret 2009

Bapak

“Bapak, sudah aku gak mau lagi becanda!!” sahutku kemarin malam, saat Bapak mencoba menggodaku. Lucu memang, aku dan Bapak seakan bukan seperti anak dan orangtua, kadang Bapak kalau mengggoda aku, aku marah dan sering memukul seperti layaknya kepada teman. Namun Bapak tidak marah, bahkan Bapak selalu lari dan menghindar dari pukulanku.
Dulu aku pernah sempat membenci sosok yang satu ini, yach aku sempat membenci Bapak. Aku merasa Bapak tidak banyak membantu mengatasi masalah keuangan di keluarga aku. Memang dalam keluargaku gaji Ibu lebih banyak daripada Bapak, dengan gaji Ibu aku dan kedua adikku bisa kuliah. Aku pernah sangat jengkel dengan Bapak karena kondisi ini.
Hari ini tiba-tiba satu persatu kejadian yang pernah aku alami bersama Bapak seakan terekam bagai kamera dan film itu seolah berputar tepat di mataku. Aku masih ingat saat Ibu harus dioperasi karena sakit kanker rahim, Bapak dengan setia menunggu Ibu di Rumah Sakit, di tengah kelelahannya karena pulang kerja, Bapak tidak peduli, setiap kali aku dan kedua adikku menawarkan diri untuk menggantikan jaga di Rumah Sakit, Bapak selalu menolak, Bapak tetap meminta kami bertiga untuk pulang dan belajar, untuk mempersiapkan Ujian karena saat itu aku dan adikku harus menghadapi Ujian Akhir, juga adikku yang kecil harus siap untuk EBTANAS. Aku juga masih ingat, ketika aku pulang kuliah kudapati Bapak sedang memasak di dapur, aku Tanya “kenapa masak Bapak..?” Bapak menjawab, “karena Ibu sakit, dan kamu pulang nanti makan apa kalau lapar?. Benar-benar jawaban yang kadang aku tidak mengerti. Padahal kalau aku lapar aku bisa membeli makanan yang lewat di depan rumah, tapi ternyata jalan pikiran Bapak berbeda.
Satu hal lagi yang unik pernah terjadi, Bapak pernah memaksa aku untuk masuk Fakultas Non Gelar, tepatnya Akademi Sekretari, dengan alasan supaya aku bisa cepat mendapatkan kerja. Padahal saat itu aku sudah mendaftarkan diri aku sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi, sehingga aku harus mengahadap Pembantu Rektor I untuk mengajukan permohonan pindah fakultas, sekarang aku bisa merasakan manfaatnya, aku cepat mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Aku masih ingat saat aku duduk di bangku SMA kelas III, aku mendapatkan surat dari teman laki-laki yang ditujukan ke alamat rumah, tapi di luar dugaanku Bapak telah membuka surat tersebut dan membacanya. Aku benar-benar terkejut, apalagi ternyata surat tersebut berisikan perasaan seorang laki-laki yang jatuh cinta pada lawan jenisnya. Aku mendapat “Instruksi dan Peringatan Keras”, bahwa aku tidak boleh berpacaran kalau masih duduk di bangku sekolah. Banyak hal yang dilakukan Bapak, dan terkadang bertentangan dengan keinginanku. Banyak hal yang tidak aku mengerti pada Bapak, kemauannya, keinginannya, semuanya, tapi semuanya aku dapat petik manfaatnya. Suatu hari, aku pernah ditegur Ibu karena kerasnya hatiku, Ibu memberikan berbagai pandangan tentang penilaian aku terhadap Bapak, bagi Ibu ketidakperdayaan Bapak atas gaji istri yang lebih besar bukan karena diri Bapak, melainkan keadaan yang memang terjadi, karena status pekerjaan yang memang berbeda jauh dari Ibu. Ibu memberikan pengertian yang akhirnya membuat aku sadar bahwa dalam kehidupan keluarga uang bukanlah segalanya.
Aku begitu tertegun, melihat Bapak menggendong Ibu, memandikannya, menggantikan baju yang berlumuran darah, saat Ibu sakit. Aku heran, melihat ketegaran hati Bapak bergelut dengan darah, juga berbagai makanan yang tidak bisa masuk ke lambung Ibu dan harus dimuntahkan. Bahkan aku sempat bergumam, Bapak adalah sosok yang setia, Bapak bertanggung jawab terhadap keluarganya. Yach seolah Tuhan membukakan mataku, pikiranku, karena dengan begitu tiba-tiba aku mengagumi Bapak.
Dua hari sebelum operasi, Ibu merasa ketakutan, ibu sangat takut kehilangan Bapak, Ibu takut bahwa Bapak akan meninggalkannya jika mengetahui Ibu sakit kanker dan tumor rahim. Ibu mengungkapkan itu semua kepadaku, dan waktu itu aku mendorong semangat Ibu untuk tidak berpikiran buruk dulu aku meminta Ibu untuk menyerahkan semua pada Tuhan. Tapi….semua pikiran Ibu, tidak terjadi, Bapak dengan tabah mendampingi Ibu menjalani berbagai kesusahan dan kesakitan, Bapak setia mengantar Ibu kontrol, berobat, memandikan, menunggu selama di rumah sakit, dan semua itu berlangsung selama satu tahun. Yach satu tahun bukan waktu yang pendek, dan bisa saja kejenuhan menimpa Bapak, tapi aku tidak melihat semua itu. Bapak tetap tegar memberikan semangat agar Ibu cepat sembuh dari sakitnya.
Sampai sekarang yang selalu mengusik dan membuat aku tertawa dalam hati, adalah sikap Bapak yang terlalu kuatir pada aku dan kedua adikku. Padahal kami bertiga sudah besar-besar, dan kami punya kesibukan sendiri-sendiri, arah dan tujuan kegiatan kami pun tidak selalu sama. Jika Bapak masuk kerja malam, Bapak selalu menelepon ke rumah tepat jam 10 malam, sekedar bertanya pada Ibu apakah aku dan dua adikku sudah berkumpul semua di rumah.
Dulu aku berpikir bahwa hanya Ibu yang sanggup mencintai juga berani berkurban demi anak-anak dan keluarganya, tapi sekarang Tuhan merubah jalan pikiranku, kasih Ibu memang sepanjang jalan, tapi kasih Bapak juga tak terukur.
Aku hanya bisa berharap bahwa teman-teman bisa mencintai Bapak seperti teman-teman mencintai Ibu. Bapak dan Ibu adalah sosok yang harus kita tempatkan istimewa di hati kita, yang pantas kita cintai lebih dari apapun, walaupun itu pacar, kekasih atau sahabat. Jangan pernah berpikir bahwa Tuhan memberikan ketidakberuntungan padamu, karena kamu mempunyai orangtua yang tidak tampan, tidak canntik atau tidak kaya, tetap cintailah mereka dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka.
Aku berdoa semoga teman-teman tidak mengulang kesalahanku lagi, yang membenci sosok Bapak, karena itu akan menimbulkan penyesalan kelak di belakang hari. Cintailah Bapak juga Ibu selagi mereka masih hidup.
Tulisanku yang jauh dari kurang sempurna ini semoga bisa bermanfaat.

30 September 2003 Salam,
Ririn Teguh Setyowati

Selasa, 28 Oktober 2008

Mau saya doakan...?

Di bawah ini merupakan kesaksian dari pendeta yang kemarin berkotbah di tempat saya. Nama pendetanya Bp Wisnu. Berikut penuturan beliau:

Beberapa waktu yang lalu saya ada pelayanan untuk Youth di daerah Tangerang. Saya naik bis jurusan Tangerang pada siang harinya untuk menuju rumah kakak saya terlebih dulu karena pelayanan tersebut akan berlangsung sore hari. Di dalam bis yang penuh sesak tersebut, masuk pula seorang pengamen cilik usia sekitar 7-8 tahun dengan berbekal kecrekan sederhana (mungkin dari tutup botol)

Berbekal alat musik sederhana tersebut, dia nyanyikan lagu "Yesus ajaib, Tuhanku ajaib...." (~ a song by Ir. Niko, red.) Dan kata-kata tersebut diulang terus menerus. Hampir seluruh penumpang bis memarahi anak tersebut, "Diam kamu! Jangan nyanyi lagu itu lagi. Kalau kamu nggak diam, nanti saya pukul kamu!"

Tapi ternyata anak tersebut tidak menanggapi kemarahan mereka dan dengan berani terus menyanyikan lagu tersebut. Saya dalam hati berkata, "Tuhan, anak ini luar biasa. Kalau saya, belum tentu saya bisa/berani melakukan hal tersebut". Karena bis akan melanjutkan perjalanan menuju tol berikutnya, di pintu tol menuju Serpong (kalau tidak salah), hampir 3/4 penumpang turun dari bis tersebut. Termasuk saya dan pengamen cilik tersebut. Anak kecil itu didorong hingga akhirnya jatuh. Kemudian dia bangkit lagi. Tapi dia didorong oleh massa hingga terjatuh lagi. Semua penumpang bis mengerumuni anak itu. Saya masih ada di situ dengan tujuan jika kemudian anak tsb akan ditempeleng atau dihajar, saya akan berusaha untuk menariknya lari menjauhi mereka.

Seluruh kerumunan itu baik pria maupun wanita menjadi marah, "Sudah dibilang jangan nyanyi masih nyanyi terus! Kamu mau saya pukul?" dst, dst. Anak kecil itu hanya terdiam. Setelah amarah mereka mulai mereda, anak kecil itu baru berbicara, "Bapak-bapak, Ibu-Ibu jika mau pukul saya, pukul saja. Kalau mau bunuh, bunuh saja. Tapi yang Bapak dan Ibu perlu tahu, walaupun saya dipukul atau dibunuh saya tetap akan menyanyikan lagu tersebut." Seluruh kerumunan menjadi terdiam sepertinya mulut mereka terkunci. Kemudian dia melanjutkan, "Sudahlah... . Bapak, Ibu tidak perlu marah-marah lagi. Sini.. saya doakan saja Bapak-Ibu."

Dan apa yang terjadi, seluruh kerumunan itu didoakan satu per satu oleh anak ini. Banyak yang tiba-tiba menangis dan akhirnya mau menerima Tuhan. Saya yang sedari tadi menyaksikan hal tersebut, kemudian pergi meninggalkan kerumunan tsb. Saya melanjutkan naik mikrolet. Jalanan macet krn kejadian tersebut hingga mikrolet melaju dengan sangat lambat. Sopir mikroletnya bertanya, "Ada apa sih Pak? Koq banyak kerumunan?" Saya jawab "O.... Itu ada banyak orang didoakan oleh anak kecil."

Di saat mikrolet melaju dengan sangat pelan, tiba-tiba anak kecil pengamen itu naik mikrolet yang sama dengan saya. Saya kemudian bertanya, "Dik, kamu nggak takut dengan orang-orang itu?"

Jawabnya, "Buat apa saya takut? Roh yang ada dalam diri saya lebih besar dari roh apapun di dunia ini", tuturnya mengutip ayat Firman Tuhan. Lanjutnya, "Bapak mau saya doakan?"

Saya terperanjat, "Kamu mau doakan saya?"
Jawabnya, "Ya kalau Bapak mau."
Saya menjawab, "Baiklah. Kamu boleh doakan saya."
Doanya, "Tuhan berkati Bapak ini. Berkati dan urapi Bapak ini jika sore nanti dia akan ada pelayanan Youth."

Sampai di situ, saya tidak bisa menahan air mata yang deras mengalir. Saya tidak peduli lagi dengan penumpang lain yang mungkin menonton kejadian tersebut. Yang saya tahu bahwa Tuhan sendiri yang berbicara pada anak ini, dari mana dia tahu saya akan ada pelayanan Youth sore ini.

Kesaksian ditutup sampai di situ dan dengan satu kesimpulan, jika kita mau, Tuhan bisa pakai kita lebih lagi. Bukan kemampuan tapi kemauan yang Tuhan kehendaki.

~ kesaksian oleh Pdt. Wisnu

Tuhan memberkati.
From: henny liauw

Mengapa Beruang Tumbuh Besar

Seekor beruang yang bertubuh besar sedang menunggu seharian dengan sabar di tepi sungai deras. Waktu itu memang tidak sedang musim ikan. Sejak pagi ia berdiri di sana mencoba meraih ikan yang meloncat keluar air. Namun, tak satu juga ikan yang berhasil ia tangkap.

Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya, hup, ia dapat menangkap seekor ikan kecil. Ikan yang tertangkap menjerit-jerit ketakutan.
Si ikan kecil itu meratap pada sang beruang, "Wahai beruang, tolong lepaskan aku."
"Mengapa," tanya sang beruang.

"Tidakkah kau lihat, aku ini terlalu kecil, bahkan bisa lolos lewat celah-celah gigimu," rintih sang ikan.
"Lalu kenapa?" tanya beruang lagi.

"Begini saja, tolong kembalikan aku ke sungai. Setelah
beberapa bulan aku akan tumbuh menjadi ikan yang
besar. Di saat itu kau bisa menangkapku dan
memakanku untuk memenuhi seleramu," kata ikan.

"Wahai ikan, kau tahu mengapa aku bisa tumbuh begitu besar?" tanya beruang.
"Mengapa?" ikan balas bertanya sambil menggeleng-geleng kepalanya.
"Karena aku tak pernah menyerah walau sekecil apa pun keberuntungan yang telah tergenggam di tangan!" jawab beruang sambil tersenyum mantap.

"Ops!" teriak sang ikan.

Dalam hidup, kita diberi banyak pilihan dan kesempatan. Namun jika kita tidak mau membuka hati dan mata kita untuk melihat dan menerima kesempatan yang Tuhan berikan maka kesempatan itu akan hilang begitu saja. Dan hal ini hanya akan menciptakan penyesalan yang tiada guna di kemudian hari, saat kita harus berucap: "Ohhh, andaikan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dulu!"

Maka bijaksanalah pada hidup, hargai setiap detail kesempatan dalam hidup kita! Di saat sulit, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan; di saat sedih, selalu ada kesempatan untuk meraih kembali kebahagiaan; di saat jatuh selalu ada kesempatan untuk bangkit kembali; dan dalam kondisi terburuk sekalipun selalu ada kesempatan untuk meraih kembali yang terbaik untuk hidup kita.

Bila kita setia pada perkara yang kecil maka kita akan mendapat perkara yang besar. Bila kita menghargai kesempatan yang kecil, maka ia akan menjadi sebuah kesempatan yang besar.

Tuhan Yesus Kristus Memberkati,
(gotn-ministry.org)