Jumat, 10 Oktober 2008

Roda Kehidupan

"Guru, saya pernah mendengar kisah seorang arif
yang pergi jauh dengan berjalan kaki. Cuma yang
aneh, setiap ada jalan menurun, sang arif konon agak
murung. Tetapi kalau jalan sedang mendaki ia
tersenyum. Hikmah apakah yang bisa saya petik dari
kisah ini?"

"Itu perlambang manusia yang telah matang dalam
meresapi asam garam kehidupan. Itu perlu kita jadikan
cermin. Ketika bernasib baik, sesekali perlu kita sadari
bahwa satu ketika kita akan mengalami nasib buruk
yang tidak kita harapkan. Dengan demikian kita tidak
terlalu bergembira sampai lupa bersyukur kepada Sang
Maha Pencipta. Ketika nasib sedang buruk, kita
memandang masa depan dengan tersenyum optimis.
Optimis saja tidak cukup, kita harus mengimbangi
optimisme itu dengan kerja keras."

"Apa alasan saya untuk optimis, sedang saya sadar
nasib saya sedang jatuh dan berada dibawah?"

"Alasannya ialah iman, karena kita yakin akan
pertolongan Sang Maha Pencipta."

"Hikmah selanjutnya?"

"Orang yang terkenal satu ketika harus siap untuk
dilupakan, orang yang diatas harus siap mental
untuk turun ke bawah. Orang kaya satu ketika harus
siap untuk miskin."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tuhan Yesus Kristus Memberkati - GOTN
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tidak ada komentar: